He…he…., siapa bilang gratis? Beberapa orangtua di Ujungberung, Bandung yang sempat iseng-iseng menanyakan ke SD Negeri yang dekat rumahnya, dibuat kecewa. Memang untuk masuk ke SD tersebut, tidak dipungut uang bangunan maupun SPP. Ini tentunya good news bagi para orangtua murid yang hidupnya pas-pasan ini. Eitts….tunggu dulu, ternyata ada bad news-nya. Para orangtua murid ternyata harus menyiapkan uang sebesar Rp 300.000,-! Waahh….untuk apa?
Alasan pihak sekolah, biaya tersebut adalah untuk membeli seragam dan pakaian olahraga. Haaaah…..? Semahal itukah? Dan, kekagetan orangtua siswa calon murid di SD itu, belum berakhir. Ternyata, biaya itu belum termasuk seragam putih-merah yang harus beli sendiri dan tentu saja buku LKS yang menjadi proyek antara pihak sekolah dengan penerbit. Gaji para pendidik ini kan katanya masih kurang, jadi wajar dong kalau cari sampingan dengan cara “memeras” muridnya. Ya, wajar pula kalau muridnya nanti ada yang jadi koruptor!
Inilah fenomena sekolah gratis di negara kita. Entah cuma di SD-SD Negeri di Ujungberung, atau di SD Negeri lainnya pun begitu. Gilanya lagi, biaya tersebut, adalah di SD Negeri yang biasa-biasa saja alias bukan SD favorit. Dengar-dengar, di SD favorit ada yang bisa mencapai Rp 1 juta untuk uang seragamnya. Mungkin seragamnya didatangkan dari Paris, ya?
Sebetulnya, untuk menekan biaya sekolah ini, pihak sekolah tidak usah menggunakan seragam lain selain yang warna putih-merah. Itu kan sudah wajib dari pemerintah sebagai tanda murid SD. Para orangtua pun tidak usah diwajibkan membelinya di sekolah. Jadi anak orang kaya bisa beli yang kainnya bagus, yang miskin ya belacu……
Itu wajib belajar bagi SD, sedangkan wajib belajar adalah sampai SMP. Kebayang biaya untuk seragamnya. Kasihan bangsa ini, sekolah gratis tetap saja bagi yang mampu. Mungkin yang benar-benar gratis adalah SD di pedalaman, yang para calon gurunya rela mengeluarkan puluhan juta untuk merubah SK-nya.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.