Begitulah kenyataannya. Investasi banyak sekali mengandung resiko. Pabrik yang Anda dirikan, produknya tidak laku. Rumah-rumah yang Anda bangun, susah terjual. Toko sepi pembeli.
Untuk menghindari agar tidak terjadi kerugian, dalam berinvestasi Anda harus memiliki kepastian seberapa besar resiko yang mungkin timbul. Jangan sampai, investasi yang Anda lakukan, justru dianggap sebagai spekulasi. Bila keuntungan dari investasi setinggi-tingginya atau kurang dari 50%, maka usaha tersebut lebih layak disebut spekulasi. Dengan kata lain, dalam berinvestasi, probabilitasnya harus mencapai lebih dari 50% kalau semua hal berjalan normal. Kalau kemungkinkan gagal atau berhasilnya suatu usaha berbanding 50%:50%, maka itu spekulasi atau mengadu nasib saja.
Jadi, pertanyaannya sebelum berinvestasi, “Apakah investasi yang akan Anda tanam mengandung kepastian berhasil lebih dari 50%?”
Untuk menghindari agar tidak disebut spekulasi, Anda diharapkan cerdas mengkaji investasi yang akan Anda tanam. Terutama harus memperhatikan berdasarkan parameter-parameter realistis dengan akurat. Jangan mengandalkan ramalan atau percaya apa yang dikatakan dukun. Misalnya, bila Anda ingin bergerak di bidang industri mode, maka perlu memahami baik tren lokal maupun dunia, supaya tidak salah memilih dan hanya memproduksi barang yang disenangi konsumen.
Pada dasarnya, dalam berinvestasi, seorang investor dituntut mengambil keputusan berlandaskan fenomena-fenomena nyata, bukan berdasarkan intuisi, sehingga faktor kerugian dalam berinvestasi dapat diminimalkan.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.