Seperti dikutip JPPN.com, penghentian kucuran dana untuk Timnas Indonesia yang tidak memasukkan putra-putra terbaik bangsa tersebut disampaikan Sesmenpora Joko Pekik, (7/3).
"Pemerintah punya wewenang, dalam hal ini terhadap timnas. Timnas kali ini bukan timnas terbaik karena dibentuk atas dasar diskriminasi," kata Sesmenpora Joko Pekik kepada wartawan.
Menurut Joko, pemerintah kembali akan membantu pendanaan bila timnas sudah merepresentasikan betul putra-putra terbaik bangsa. Namun, dia tidak menyebutkan berapa anggaran buat PSSI yang ditahan sementara itu. "Pemain terbaik ada di klub lain. Hasilnya, timnas tidak terbaik dan hasilnya seperti dengan Bahrain itu (0-10)," tambahnya.
Seperti diketahui, PSSI telah mengajukan proposal sebesar Rp 40 miliar untuk membiayai berbagai kegiatan timnas di semua tingkatan usia. Ini salah satunya yang akan dihentikan sementara pemerintah.
"Ini bukan ancaman, tapi memperingatkan. Karena tugas pemerintah itu sesuai PP tentang keolahragaan itu punya wewenang di antaranya mengawasi. Pengawasan itu punya instrumen, sampai menegur, memberikan sanksi termasuk sanksi administratif, termasuk menunda atau menghentikan pemberian dana bantuan," bebernya.
Intinya, masih kata Joko, bukan kita hentikan dana ke PSSI, tapi hentikan dana bantuan ke Timnas PSSI jika timnas yang dibentuk itu masih ada diskriminasi.
Lebih lanjut dia mengatakan, misalnya dalam Timnas tersebut memberlakukan yang matanya sipit tidak boleh memperkuat timnas. "Nah kita sudah pasti tidak berikan dana bantuan kepada timnas tersebut. Idenya itu, semua cabang," jelasnya.
Sementara, penyetopan dana untuk Timnas ini membuat Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin kecewa. Menurutnya, keputusan pemerintah yang menyetop dana timnas dapat mempengaruhi dan merugikan semuanya. "Yang rugi bukan PSSI, tapi kita semua," ujar Djohar usai jumpa pers dengan perwakilan Boca Junior beberapa waktu lalu.
Dari pernyataan Djohar Arifin ini, tampaknya tetap akan bersikukuh untuk menolak
para pemain ISL masuk ke Timnas. Kecuali klub-klub yang berlaga di ISL mau mengikuti kompetisi IPL yang diakui PSSI. Dan itu pasti berat dilakukan klub-klub ISL.
Sebenarnya akar permasalahan sepak bola di Indonesia ada pada Djohar Arifin. Kalau saja dulu dia meneruskan kompetisi yang sudah berlangsung (ISL), dan menjadikan IPL sebagai kompetisi Divisi Utama, maka sepak bola kita tidak akan carut-marut. Tinggal nantinya memperbaiki kualitas ISL. Rasanya ini masuk akal kalau dilakukan, karena IPL belum lama berlangsung, sementara ISL sudah lebih dari empat tahun dan mayoritas pemain Timnas adalah dari klub-klub ISL yang sudah mapan.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.