Kekalahan atas Brunei di final turnamen Piala Hassanal Bolkiah yang berlangsung di Stadion National Hassanal Bolkiah, Jumat (9/3) malam WIB, tersebut, semakin membuktikan penurunan tajam kualitas sepak bola Indonesia era Djohar Arifin Husien yang melarang para pemain yang berlaga di ISL untuk masuk Timnas.
Brunei sendiri selama penyelenggaraan Piala Hassanal Bolkiah, belum pernah lolos dari fase penyisihan grup. Hasil yang diperoleh Brunei malam ini, bisa dikatakan luar biasa, setelah mereka kembali bermain di arena internasional pasca pencabutan sanksi pembekuan dari FIFA pada 2011, setelah hanya berkutat di kompetisi domestik sejak 2008.
Sebelum pertandingan, saya merasa yakin Andik Vermansyah dkk bisa mengacak-ngacak pertahanan Brunei. Ternyata tim asuhan pelatih Widodo C. Putro ini, justru seperti pemain yang baru bisa bermain bola. Apalagi ketika Andik berhasil dijaga ketat sehingga tidak berkutik. Pemain Indonesia lainnya seperti hilang akal. Mereka terkesan bermain individu. Bahkan organisasi permainan, lebih baik Brunei yang mengandalkan serangan balik.
Gol Brunei tercipta pada menit ke-3 babak kedua, hasil sontekan lemah Aminuddin. Gol yang terjadi di menit awal babak kedua ini, membuat Indonesia meningkatkan serangan, hanya saja karena lebih mengandalkan kemampuan individu, seringkali kandas sebelum mencapai kotak penalti Brunei.
Justru, akhirnya pertandingan pun seolah game over, setelah sebuah serangan balik yang diterapkan Brunei berhasil pada menit ke-75. Striker Adi Said yang sendirian di depan berhasil mengecoh empat bek Indonesia, sehingga dengan mudah membobol gawang Aji Saka.
Kekalahan yang diderita dari Brunei ini, sudah seharusnya membuka mata PSSI untuk segera membereskan kemelut yang terjadi selama ini di dalam persepakbolaan Indonesia. Jangan merasa bangga dengan kekalahan. Inilah yang membuat sepak bola Indonesia tidak maju-maju. Masa ketika kalah 10-0 dari Bahrain, pelatih Aji Santoso menyebut bangga dengan perjuangan para pemainnya?
PSSI pun seharusnya mengevaluasi kinerja pelatih. Apa tidak ada pelatih sepak bola selain Aji Santoso dan Widodo C. Putro? Saya yakin, siapapun yang ditunjuk menjadi pelatih Timnas senior atau yunior, pasti akan sulit mencari pemain seperti yang diharapkan. Inilah buah dari diskriminasi pemain yang dilakukan PSSI. Mungkin nanti, giliran Timor Leste yang mengalahkan kita.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.