Bukan sekedar hasil imbang yang menjadi kekesalan bobotoh, tetapi karena permainan Atep dan kawan-kawan sangat monoton, bahkan banyak ditekan lawan sehingga kalau saja bukan I Made Wirawan kipernya, Persib bisa kalah. Teriakan "Ganti Dejan!" pun membahana di Stadion Si Jalan Harupat.
Bobotoh tentu masih ingat bagaimana permainan Persib saat ditangani pelatih Djajang Nurjaman. Ciri khas Persibnya, permainan operan dari kaki ke kaki sangat kental. Hati pemain juga seakan hanya untuk Persib Bandung dan bobotoh, sehingga para pemain berjuang sepenuh hati di lapangan.
Namun di bawah Dejan Antonic yang membawa gaya khas sepakbola Eropa Timur, Persib seolah kehilangan taji. Dari lima penampilan di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Persib baru mengoleksi 4 gol dan kebobolan 2 gol.
Dejan Antonic yang berasal dari Serbia, memang sangat kental menerapkan gaya permainan Eropa Timur yang lebih mengandalkan speed dan power. Namun apa daya, para pemain Persib termasuk pemain asing kecuali Vladimir Vojovic yang bek, bergaya latin. Robertino Pugliara dari Argentina, begitu juga Juan Belencoso (Spanyol) yang sebelas dua belas dengan gaya pemain Amerika Latin yang mengandalkan permainan operan dari kaki ke kaki.
Para pemain Persib di era Djajang Nurjaman jelas harus menyesuaikan diri. Apalagi di posisi sentral ada pemain baru, seperti David Laly, Kim Jefrey Kurniawan, Robertino, Belencoso, maupun Dias Angga.
Permainan umpan lambung pun kental dimainkan Persib. Kerjasama di depan juga kurang, pemain sayap lebih senang beraksi sendiri menggiring bola tanpa melihat striker atau rekannya yang berdiri bebas. Para pemain lapangan tengah pun minim kreasi maupun berani berspekulasi melakukan tendangan dari luar kotak penalti.
Kekesalan bobotoh terhadap Dejan ditambah dengan selalu dimainkannya Kim Jefrey Kurniawan. Padahal kontribusi Kim dinilai sangat kurang, terutama pada saat melakukan penyerangan. Perannya sering tumpang tindih dengan Hariono. Kim dinilai lebih tepat sebagai cadangan Hariono daripada bermain bersama. Apalagi Kim tak pernah diganti padahal sudah tampak kelelahan dan miskin ide saat melakukan serangan.
Jelas untuk merubah karakter permainan Persib menjadi bergaya Eropa Timur adalah butuh waktu. Namun, alangkah bagusnya Persib tetap memainkan gaya latin yang juga lebih cocok diterapkan di Timnas Indonesia.
Kita pun harus melihat postur para pemain Indonesia yang jelas-jelas kalah tinggi dari pemain negara-negara lain. Hanya saja, permainan gaya latin ini membutuhkan pemain yang memiliki stamina bagus dan intelegensia tinggi. Karena mereka harus terus bergerak tanpa bola dan cepat mengambil keputusan saat menguasai bola. Intinya, para pemain harus hapal secara text book strategi yang diterapkan pelatih saat latihan. Dan itu juga yang dilakukan para pemain dari klub-klub besar di dunia.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.