Kompetisi yang dibuka di Jayapura 29 April 2016 itu, tentunya memancarkan harapan Menpora segera mencabut sanksi terhadap PSSI, sehingga FIFA pun kembali memperbolehkan Indonesia bergaul di kancah sepakbola internasional.
Meski masih disanksi FIFA, Indonesia jangan sampai tinggal diam untuk mempersiapkan Timnas yang nantinya akan siap bila kembali berlaga di beberapa ajang sepakbola yang diagendakan FIFA, termasuk mempersiapkan untuk SEA Games dan Asian Games.
Kalau melihat perjalanan Timnas Indonesia, rata-rata permainan yang disuguhkan seperti gaya main bola volley alias umpan-umpan lambung yang tidak efektif. Padahal para pemain Indonesia rata-rata bertubuh pendek. Pemain hanya lari mengejar bola tanpa mampu men-set serangan yang berbahaya yang berpotensi menghasilkan gol.
Tontonan permainan umpan lambung yang monoton dan lebih sering bola out ke luar lapangan, menjadikan permainan timnas Indonesia menjemukan dan sulit bersaing dengan negara-negara lain, bahkan negara-negara di Asia Tenggara sekalipun.
Permainan lambung yang kerap diterapkan para pemain di Timnas ini tak lepas dari peran pelatih Timnas itu sendiri. Pola ini ternyata juga diterapkan kebanyakan pelatih di klub-klub yang ada di Indonesia.
Bahkan, Persib Bandung yang dulu terkenal dengan permainan operan pendek dari kaki ke kaki, kini di bawah pelatih Dejan Antonic banyak memainkan pola operan lambung yang jauh dari akurat. Akibatnya, banyak bobotoh yang kecewa karena Persib seolah hilang ciri khas permainannya, berganti gaya main ala PBR.
Kebiasaan bermain lambung di klub-klub sepakbola Indonesia itu, menjadikan permainan Timnas Indonesia pun tak lebih dari itu. Sampai kapan pun kalau menerapkan strategi operan lambung dan tidak berani memainkan gaya permainan kolektif, Timnas Indonesia akan sulit bersaing, bahkan di Asia Tenggara sekalipun.
Maka, pola permainan kolektif dengan possesion ball yang diterapkan Indra Syafri ketika menangani Timnas U-19, membuahkan hasil yang manis dengan menjuarai Piala AFF U-19. Evan Dimas dkk, bahkan mampu mengalahkan Korea Selatan, yang sepertinya sebuah mission imposible bagi Timnas Senior Indonesia.
Sudah seharusnya untuk menciptakan Timnas Indonesia yang kuat, para pelatih klub-klub Indonesia berani menerapkan atau menekankan kepada para pemainnya untuk bermain bola umpan-umpan pendek dan permainan kolektif. Hal ini tentunya membutuhkan skill, stamina dan intelegensia lebih dari para pemain.
Indra Syafri sendiri kini menerapkan pola possesion ball ini di Bali United. Meski para pemainnya kebanyakan pemain muda, tetapi Bali United mulai disegani di kancah sepabola Indonesia. Bukan tak mungkin 1 atau 2 tahun lagi, Bali United akan merajai liga di Indonesia. Apalagi kalau ditunjang pemain-pemain berkelas yang sarat pengalaman dan budget yang tinggi.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.