Selama kompetisi di Liga Amatir tim bertajuk Mutiara Hitam ini hanya menjadi runner-up pada Divisi Utama Perserikatan 1980 karena dalam final dikalahkan Persiraja Banda Aceh. Selanjutnya juara antar Klub Perserikatan dengan nama Klub Mandala Jaya yang sebagian besar materi pemain berasal dari Persipura yang sukses di Piala Soeharto.
Persipura sendiri mulai masuk ke dalam Liga Profesional atau Liga Indonesia pada 1995 dan baru menjadi juara pada 2005. “Ini artinya selama kepengurusan berubah-ubah tidak ada konsentrasi untuk memenangkan laga,”kata Fred Imbiri mantan bek Persipura era 1970 an kepada GOAL.com Indonesia di Jayapura, Senin (17/6).
Mantan pemain belakang Persipura era 1970 an Fred Imbiri mengakui sejak kepengurusan MR Kambu dan manajer Rudy Maswi kelihatannya Persipura tetap berada di tanngga juara dan jajaran elit sepakbola kasta tertinggi di Indonesia.
”Saya akui selama kepemimpinan MR Kambu dan manajer Rudy Maswi klub Persipura tetap eksis,”kata mantan pemain klub Galatama Warna Agung. Dia menambahkan faktor-faktor klasik dalam peralihan pengelolaan klub sepak bola dari amatir ke profesional antara lain, sumber dana, menejemen dan ketidak siapan sepakbola untuk dijual.
Mantan Kapten Persipura 1967-1977 Hengki Heipon mengatakan bangga dengan prestasi Persipura saat ini sejak memasuki sepakbola profesional. Namun kata Hengki Heipon banyak hal yang harus mulai dibenahi mulai dari Stadion Sepakbola milik sendiri, pembinaan usia muda minimal Persipura harus punya sekolah sepakbola.”Stadion Mandala milik KONI Papua sehingga terkadang Persipura harus pindah lapangan untuk berlatih. Bagi saya stadion adalah sebuah rumah bagi klub sepakbola,”katanya.
Sebenarnya yang dikeluhkan Hengki Heipon benar karena Direktur AkademiEmsyik Uni Papua Benny Pepuho mengatakan selama ini Persipura jarang melakukan pembinaan dan kompetisi sejak usia anak-anak atau U-12. “Beruntung selama ini ada Festival Anak-anak Danone yang berlangsung setiap tahun sehingga bisa melahirkan bintang baru,” katanya seraya menambahkan Terence Puhiri dan Nelson Allom, David Laly adalah pemain bola produk sekolah sepakbola dan kompetisi anak-anak U-12.
Lebih lanjut kata Pepuho saat ini Boaz, Ricardo, Ian Luis Kabes, Gerald Pangkali sudah memasuki masa keemasaan mestinya manajemen Persipura sudah harus memikirkan kelanjutan tim bertajuk Mutiara Hitam untuk lima tahun ke depan.
”Soalnya saya menilai proses Boaz dan kawan-kawan bisa meraih prestasi saat ini bukan persiapan satu atau dua tahun tetapi sejak 2003 dan persiapan PON 2004 di Palembang,” katanya. Beruntung coach RD mulai membentuk kerangka tim Persipura dengan bermodal pemain PON plus pemain asing dan luar Papua. “Jadi saya melihat tim ini dibentuk bukan satu atau dua tahun,”katanya seraya menambahkan mestinya Tibo dan Octo tidak boleh dibuang karena kedua pemain ini asli produk Persipura dari usia 15 tahun.
Dikatakan saat ini hanya tinggal Imanuel Wanggai dan Lukas Mandowen rekan seangkatan Tibo, Octo, Stevie Bonsapia, David Lali dan Vendri Mofu. “Dibawah Tibo dan kawan-kawan masih ada Ferinando Pahabol dan Nelson Alom, Fandri Imbiri."
Sementara itu Ferdinando Fairyo mantan pelatih tim Sepakbola PON Papua 2012 mengatakan Terence Owang Puhiri, Cesa Yarangga dan kawan-kawan seharusnya menjadi kerangka utama bagi PON Papua dan tim Persipura mendatang. “Jika tidak ada perhatian regenerasi pemain bisa jadi Persipura akan kesulitan pemain dan mungkin akan kembali mengontrak pemain asing. Saya harap jangan sampai terjadi,”katanya.
Memang membangun stadion baru dan megah bagi klub sangat mahal lanjut Heiponn tetapi paling tidak harus ada lapangan latihan yang lengkap dengan fasilitas yang memadai agar latihan tetapfokus.”Beruntung pemain Persipura tak pernah mengeluh soal fasilitas,”kata mantan defender Persipura yang kini jadi politisi di DPR D Provinsi Papua Kamasan Jack Komboi. Namun Komboi mengingatkan lapangan milik sendiri harus menjadi prioritas minimal lapangan tetap untuk berlatih.
Sekretaris Umum Persipura M Thamrim Sagala menyebutkan selama kompetisi tim bertajuk Mutiara Hitam terus menekan defisit anggaran. Disebutkan pada musim 2010/11 saat Persipura menjuarai ISL tim bertajuk Mutiara Hitam itu mengalami defisit sebesar Rp10 Miliar, sementara musim 2011/12 defisit Persipura berkurang menjadi Rp7 Miliar. Dikatakan musim ini akan berkurang karena telah mendapat sponsor dari PT Freeport dan PT Bank Papua.
Prestasi yang berhasil ditorehkan Persipura, kata Tommy Benhur Mano ada lima sponsor yang tertarik untuk melakukan investasi di klub Persipura. Persipura menarik investor karena dinilai layak , prestasi dan tiga kali juara ISL. Persipura dalam kompetisi ISL 2012/13 mendapat sponsor dari PT Bank Papua dan PT Freeport Indonesia.
Prestasi Persipura inilah yang kemudian menarik sponsor antara lain PT Freeport Ind selama dua musim 2013 dan 2014. Prestasi Mutiara Hitam menjuarai LSI, musim 2009 dan 2011, sementara posisi runner-up diraih pada musim 2009 dan 2012.
PT Freeport Indonesia selama dua musim akan menggelontorkan dana sebesar Rp18 Miliar. Dana yang diperoleh dari PT Freeport itu akan diprioritaskan untuk pembinaan pemain, fasilitas pemain, dan pengurus untuk mengikuti pertandingan serta penyediaan bonus bagi pemain yang berprestasi.
Manajer Persipura Rudy Maswi mengatakan, total kebutuhan tim untuk mengikuti musim kompetisi mencapai Rp23 Miliar per musim kompetisi. Persipura mendapat tambahan dana untuk menutup kebutuhan dari sponsor lain PT Bank Papua, Telkomsel dan Bosowa.
Jika disimak sebelumnya Pemkot Jayapura cukup berperan dalam menyuntik dana bagi tim Mutiara Hitam sejak 2005 bisa menghabiskan dana sekitar Rp15 Miliar sampai dengan Rp20 Miliar. Sejak ISL 2008/09 tim Mutiara Hitam sudah tidak lagi menggantungkan dirinya pada dana APBD. Mantan Ketua Umum Persipura MR Kambu bilang bantuan PSSI dan sponsor lainnya berkisar sekitar 20 persen sehingga sisa 80 persen harus dicari.
Ada beberapa sumber yang menyebut kebutuhan dana bagi Persipura berkisar antara Rp30-50 Milyar apalagi saat mengikuti kompetisi Liga Champion Asia dan AFC. Namun sayangnya sumber itu tidak merinci berapa dana untuk kontrak pemain lokal, pemain asing, akomodasi dan transportasi saat berkompetisi.
Mantan pemain belakang Persipura era 1970 an Fred Imbiri mengakui sejak kepengurusan MR Kambu dan manajer Rudy Maswi kelihatannya Persipura tetap berada di tanngga juara dan jajaran elit sepakbola kasta tertinggi di Indonesia.
”Saya akui selama kepemimpinan MR Kambu dan manajer Rudy Maswi klub Persipura tetap eksis,”kata mantan pemain klub Galatama Warna Agung. Dia menambahkan faktor-faktor klasik dalam peralihan pengelolaan klub sepak bola dari amatir ke profesional antara lain, sumber dana, menejemen dan ketidak siapan sepakbola untuk dijual.
Mantan Kapten Persipura 1967-1977 Hengki Heipon mengatakan bangga dengan prestasi Persipura saat ini sejak memasuki sepakbola profesional. Namun kata Hengki Heipon banyak hal yang harus mulai dibenahi mulai dari Stadion Sepakbola milik sendiri, pembinaan usia muda minimal Persipura harus punya sekolah sepakbola.”Stadion Mandala milik KONI Papua sehingga terkadang Persipura harus pindah lapangan untuk berlatih. Bagi saya stadion adalah sebuah rumah bagi klub sepakbola,”katanya.
Sebenarnya yang dikeluhkan Hengki Heipon benar karena Direktur AkademiEmsyik Uni Papua Benny Pepuho mengatakan selama ini Persipura jarang melakukan pembinaan dan kompetisi sejak usia anak-anak atau U-12. “Beruntung selama ini ada Festival Anak-anak Danone yang berlangsung setiap tahun sehingga bisa melahirkan bintang baru,” katanya seraya menambahkan Terence Puhiri dan Nelson Allom, David Laly adalah pemain bola produk sekolah sepakbola dan kompetisi anak-anak U-12.
Lebih lanjut kata Pepuho saat ini Boaz, Ricardo, Ian Luis Kabes, Gerald Pangkali sudah memasuki masa keemasaan mestinya manajemen Persipura sudah harus memikirkan kelanjutan tim bertajuk Mutiara Hitam untuk lima tahun ke depan.
”Soalnya saya menilai proses Boaz dan kawan-kawan bisa meraih prestasi saat ini bukan persiapan satu atau dua tahun tetapi sejak 2003 dan persiapan PON 2004 di Palembang,” katanya. Beruntung coach RD mulai membentuk kerangka tim Persipura dengan bermodal pemain PON plus pemain asing dan luar Papua. “Jadi saya melihat tim ini dibentuk bukan satu atau dua tahun,”katanya seraya menambahkan mestinya Tibo dan Octo tidak boleh dibuang karena kedua pemain ini asli produk Persipura dari usia 15 tahun.
Dikatakan saat ini hanya tinggal Imanuel Wanggai dan Lukas Mandowen rekan seangkatan Tibo, Octo, Stevie Bonsapia, David Lali dan Vendri Mofu. “Dibawah Tibo dan kawan-kawan masih ada Ferinando Pahabol dan Nelson Alom, Fandri Imbiri."
Sementara itu Ferdinando Fairyo mantan pelatih tim Sepakbola PON Papua 2012 mengatakan Terence Owang Puhiri, Cesa Yarangga dan kawan-kawan seharusnya menjadi kerangka utama bagi PON Papua dan tim Persipura mendatang. “Jika tidak ada perhatian regenerasi pemain bisa jadi Persipura akan kesulitan pemain dan mungkin akan kembali mengontrak pemain asing. Saya harap jangan sampai terjadi,”katanya.
Memang membangun stadion baru dan megah bagi klub sangat mahal lanjut Heiponn tetapi paling tidak harus ada lapangan latihan yang lengkap dengan fasilitas yang memadai agar latihan tetapfokus.”Beruntung pemain Persipura tak pernah mengeluh soal fasilitas,”kata mantan defender Persipura yang kini jadi politisi di DPR D Provinsi Papua Kamasan Jack Komboi. Namun Komboi mengingatkan lapangan milik sendiri harus menjadi prioritas minimal lapangan tetap untuk berlatih.
Sekretaris Umum Persipura M Thamrim Sagala menyebutkan selama kompetisi tim bertajuk Mutiara Hitam terus menekan defisit anggaran. Disebutkan pada musim 2010/11 saat Persipura menjuarai ISL tim bertajuk Mutiara Hitam itu mengalami defisit sebesar Rp10 Miliar, sementara musim 2011/12 defisit Persipura berkurang menjadi Rp7 Miliar. Dikatakan musim ini akan berkurang karena telah mendapat sponsor dari PT Freeport dan PT Bank Papua.
Prestasi yang berhasil ditorehkan Persipura, kata Tommy Benhur Mano ada lima sponsor yang tertarik untuk melakukan investasi di klub Persipura. Persipura menarik investor karena dinilai layak , prestasi dan tiga kali juara ISL. Persipura dalam kompetisi ISL 2012/13 mendapat sponsor dari PT Bank Papua dan PT Freeport Indonesia.
Prestasi Persipura inilah yang kemudian menarik sponsor antara lain PT Freeport Ind selama dua musim 2013 dan 2014. Prestasi Mutiara Hitam menjuarai LSI, musim 2009 dan 2011, sementara posisi runner-up diraih pada musim 2009 dan 2012.
PT Freeport Indonesia selama dua musim akan menggelontorkan dana sebesar Rp18 Miliar. Dana yang diperoleh dari PT Freeport itu akan diprioritaskan untuk pembinaan pemain, fasilitas pemain, dan pengurus untuk mengikuti pertandingan serta penyediaan bonus bagi pemain yang berprestasi.
Manajer Persipura Rudy Maswi mengatakan, total kebutuhan tim untuk mengikuti musim kompetisi mencapai Rp23 Miliar per musim kompetisi. Persipura mendapat tambahan dana untuk menutup kebutuhan dari sponsor lain PT Bank Papua, Telkomsel dan Bosowa.
Jika disimak sebelumnya Pemkot Jayapura cukup berperan dalam menyuntik dana bagi tim Mutiara Hitam sejak 2005 bisa menghabiskan dana sekitar Rp15 Miliar sampai dengan Rp20 Miliar. Sejak ISL 2008/09 tim Mutiara Hitam sudah tidak lagi menggantungkan dirinya pada dana APBD. Mantan Ketua Umum Persipura MR Kambu bilang bantuan PSSI dan sponsor lainnya berkisar sekitar 20 persen sehingga sisa 80 persen harus dicari.
Ada beberapa sumber yang menyebut kebutuhan dana bagi Persipura berkisar antara Rp30-50 Milyar apalagi saat mengikuti kompetisi Liga Champion Asia dan AFC. Namun sayangnya sumber itu tidak merinci berapa dana untuk kontrak pemain lokal, pemain asing, akomodasi dan transportasi saat berkompetisi.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.