Hasil akhir seleksi Timnas U-23 yang akan diturunkan pada Pra-Olimpiade 2011, ternyata tidak menyertakan nama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan. Kedua pemain naturalisasi yang dinilai sangat layak masuk Timnas U-23ini, secara tragis "disisihkan" oleh kepentingan ego pribadi pengurus PSSI.
Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan yang tetap kukuh membela klub yang berlaga di LPI, Persema Malang, memang harus menelan kenyataan pahit tidak bisa membela Timnas Indonesia. Harus kita akui kedua pemain muda ini memiliki dilema yang berat. Di satu sisi ingin membela tanah kelahiran orang tuanya, di sisi lain harus ingat kepada jasa Persema yang mendatangkan mereka ke Indonesia.
Akhirnya, pilihan Irfan dan Kim, adalah tetap di Persema sambil menunggu putusan masuk tidaknya ke Timnas U-23 atau dengan kata lain menunggu mencairnya hati PSSI. Padahal khusus Irfan Bachdim, seperti juga Okto Maniani, Kurnia Mega dan Yongki Aribowo yang telah memperkuat timnas senior adalah otomatis masuk Timnas U-23 Pra-Olimpiade 2011.
Hanya karena ego PSSI yang tidak mau mensahkan LPI, kemudian pelatih Alferd Riedl pun dengan sangat terpaksa mencoret Irfan Bachdim maupun tidak memanggil Kim Kurniawan untuk ikut seleksi. Dalam hati pelatih berwajah dingin ini, pasti mengakui kualitas Irfan di atas rata-rata pemain U-23 lainnya. Di Timnas Senior pun Irfan masuk tim inti berduet dengan Christian Gonzales.
Kita bisa melihat rasa nasionalisme Irfan Bachdim sangat tinggi. Ia tampak menangis tersedu-sedu ketika Indonesia kalah oleh Malaysia di Final Piala AFF 2010 lalu. Namun, mudah-mudahan masih ada harapan pintu terbuka bagi PSSI untuk mengakui LPI sebagai sebuah kompetisi resmi, setelah DPR turun tangan meminta agar ISL dan LPI bisa berdampingan di bawah naungan PSSI.
Kalau PSSI keukeuh dan tidak mau mendengar siapapun juga termasuk DPR bahkan mungkin Presiden sekalipun, berarti PSSI perlu segera direformasi karena mata dan hatinya sudah tertutup rapat-rapat. Mereka tak ubahnya bagaikan diktator yang keputusannya adalah dogma yang mutlak dan tidak bisa dirubah oleh siapapun juga.***
Irfan Bachdim
Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan yang tetap kukuh membela klub yang berlaga di LPI, Persema Malang, memang harus menelan kenyataan pahit tidak bisa membela Timnas Indonesia. Harus kita akui kedua pemain muda ini memiliki dilema yang berat. Di satu sisi ingin membela tanah kelahiran orang tuanya, di sisi lain harus ingat kepada jasa Persema yang mendatangkan mereka ke Indonesia.
Akhirnya, pilihan Irfan dan Kim, adalah tetap di Persema sambil menunggu putusan masuk tidaknya ke Timnas U-23 atau dengan kata lain menunggu mencairnya hati PSSI. Padahal khusus Irfan Bachdim, seperti juga Okto Maniani, Kurnia Mega dan Yongki Aribowo yang telah memperkuat timnas senior adalah otomatis masuk Timnas U-23 Pra-Olimpiade 2011.
Hanya karena ego PSSI yang tidak mau mensahkan LPI, kemudian pelatih Alferd Riedl pun dengan sangat terpaksa mencoret Irfan Bachdim maupun tidak memanggil Kim Kurniawan untuk ikut seleksi. Dalam hati pelatih berwajah dingin ini, pasti mengakui kualitas Irfan di atas rata-rata pemain U-23 lainnya. Di Timnas Senior pun Irfan masuk tim inti berduet dengan Christian Gonzales.
Kita bisa melihat rasa nasionalisme Irfan Bachdim sangat tinggi. Ia tampak menangis tersedu-sedu ketika Indonesia kalah oleh Malaysia di Final Piala AFF 2010 lalu. Namun, mudah-mudahan masih ada harapan pintu terbuka bagi PSSI untuk mengakui LPI sebagai sebuah kompetisi resmi, setelah DPR turun tangan meminta agar ISL dan LPI bisa berdampingan di bawah naungan PSSI.
Kalau PSSI keukeuh dan tidak mau mendengar siapapun juga termasuk DPR bahkan mungkin Presiden sekalipun, berarti PSSI perlu segera direformasi karena mata dan hatinya sudah tertutup rapat-rapat. Mereka tak ubahnya bagaikan diktator yang keputusannya adalah dogma yang mutlak dan tidak bisa dirubah oleh siapapun juga.***