Pertandingan liga sepakbola Indonesia tak ubahnya mirip pertandingan gladiator. Takling-takling keras, sikut maupun benturan keras menjadi suguhan yang biasa di lapangan. Akibatnya adu mulut antarpemain maupun dengan wasit kerap terjadi selama pertandingan, bahkan sampai juga melibatkan emosi suporter kedua kesebelasan.
Permainan kasar yang terjadi di Liga 1 maupun liga-liga di bawahnya, tak pelak masih mewarnai sepakbola tanah air. Banyak pemain yang menjadi korban, bahkan tak sedikit meninggal dunia di lapangan.
Prilaku kasar saat pertandingan ini, jelas pemicunya adalah ketidaktegasan wasit. Para pemain menjadi berani bermain kasar menjurus brutal karena wasit seolah pelit mengeluarkan kartu. Banyak pertandingan di Liga 1 yang seharusnya pemain diganjar kartu merah langsung, malah dibiarkan atau sekedar diberi kartu kuning.
Ketidaktegasan wasit saat pemimpin pertadingan, membuat permainanpun menjadi sering terhenti karena banyak terjadi pelanggaran. Pemain seolah menerapkan permainan kasar dibalas kasar, karena mereka yakin wasit akan takut mengeluarkan kartu merah. Padahal sebagai pengadil di lapangan, wasit harus bertindak tegas untuk melindungi keselamatan pemain.
Pelitnya wasit Indonesia dalam menegakan peraturan pertandingan liga, tentunya sangat berimbas besar kepada Timnas Indonesia saat bertanding dengan negara lain. Para pemain Timnas Indonesia tidak akan berani bermain kasar seperti halnya ketika main di klubnya. Mereka tahu, sedikit saja bermain kasar maka akan mendapat hukuman kartu. Akibatnya, pemain Timnas Indonesia – terutama pemain bertahan - tampak kikuk ketika harus menahan serbuan lawan. Karena permainan kasar menjurus brutal di pertandingan internasional malah akan berbuah kartu merah.
Prestasi Timnas Indonesia yang belum juga membaik, tentunya bukan sekedar menyalahkan pelatih dan pemain, tetapi juga harus ada perubahan mental dan kualitas dari wasit yang memimpin setiap pertandingan di liga. Kalau kualitas wasitnya tidak pernah membaik, maka akan sulit membentuk Timnas Indonesia yang hebat.(Ft:Istimewa)
Permainan kasar yang terjadi di Liga 1 maupun liga-liga di bawahnya, tak pelak masih mewarnai sepakbola tanah air. Banyak pemain yang menjadi korban, bahkan tak sedikit meninggal dunia di lapangan.
Prilaku kasar saat pertandingan ini, jelas pemicunya adalah ketidaktegasan wasit. Para pemain menjadi berani bermain kasar menjurus brutal karena wasit seolah pelit mengeluarkan kartu. Banyak pertandingan di Liga 1 yang seharusnya pemain diganjar kartu merah langsung, malah dibiarkan atau sekedar diberi kartu kuning.
Ketidaktegasan wasit saat pemimpin pertadingan, membuat permainanpun menjadi sering terhenti karena banyak terjadi pelanggaran. Pemain seolah menerapkan permainan kasar dibalas kasar, karena mereka yakin wasit akan takut mengeluarkan kartu merah. Padahal sebagai pengadil di lapangan, wasit harus bertindak tegas untuk melindungi keselamatan pemain.
Pelitnya wasit Indonesia dalam menegakan peraturan pertandingan liga, tentunya sangat berimbas besar kepada Timnas Indonesia saat bertanding dengan negara lain. Para pemain Timnas Indonesia tidak akan berani bermain kasar seperti halnya ketika main di klubnya. Mereka tahu, sedikit saja bermain kasar maka akan mendapat hukuman kartu. Akibatnya, pemain Timnas Indonesia – terutama pemain bertahan - tampak kikuk ketika harus menahan serbuan lawan. Karena permainan kasar menjurus brutal di pertandingan internasional malah akan berbuah kartu merah.
Prestasi Timnas Indonesia yang belum juga membaik, tentunya bukan sekedar menyalahkan pelatih dan pemain, tetapi juga harus ada perubahan mental dan kualitas dari wasit yang memimpin setiap pertandingan di liga. Kalau kualitas wasitnya tidak pernah membaik, maka akan sulit membentuk Timnas Indonesia yang hebat.(Ft:Istimewa)