Jembatan Sewo berada di perbatasan Kabupaten Subang-Indramayu, keduanya masuk wilayah Jawa Barat, tepatnya jembatan penghubung Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang dan Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Jembatan dibangun dua jalur dari arah barat ke timur dan jalur satu lagi arah sebaliknya.
Konon, menurut cerita mitos warga setempat, sungai di bawah Jembatan itu dihuni makhluk halus, mulai dari kuntilanak, siluman buaya putih, sampai cerita tentang nyai ronggeng. Tidak jelas mulai kapan kebiasaan sopir melempar uang itu dilakukan. Tapi ada yang bilang sejak zaman Belanda.
"Kebiasaan itu sudah lama, sejak dulu zaman kakek-nenek saya. Dulu jembatannya masih jelek, sopir membuang uang ke sungai, makanya dinamakan jembatan Sewo. Para sopir melempar uang agar selamat, tidak diganggu mahluk halus," kata Saadah, perempuan 60 tahun, warga setempat kepada merdeka.com, Kamis, beberapa waktu lalu.
Menurut Saadah, warga percaya, di antara belasan orang pemegang sapu yang mengais uang di jembatan itu, salah satunya merupakan mahluk halus penghuni jembatan, sisanya warga sekitar. Saadah sudah tinggal sejak awal tahun 70-an di pinggir jalan, yang berjarak sekitar 30 meter dari jembatan itu. Dia kerap menyaksikan banyak kecelakaan di sana.
Suatu waktu ada cerita beberapa pengamen datang ke jembatan itu. Mereka bukan warga sekitar sungai itu. Kemudian para pengamen melihat banyak uang di pinggir jalan yang dilempar pengemudi kendaraan, lalu mengambilnya. "Nah, salah satunya lalu ditabrak mobil, kepalanya pecah," tutur Saadah.
Dia juga mewanti-wanti para sopir, sebaiknya jangan sembarangan bila melewati jembatan itu. Lebih baik diam saja kalau memang tidak percaya, jangan omong macam-macam atau aneh-aneh. Tapi bagi yang percaya, dan ingin selamat dari gangguan makhluk halus di situ, biasanya melempar uang. Makanya kemudian disebut jembatan Sewo.
Mitos jembatan Sewo juga lekat dengan tragedi kecelakaan bus transmigran perintis asal Boyolali, Jawa Tengah pada 11 Maret 1974. Ceritanya, para transmigran hendak berangkat ke Sumatera Selatan. Namun nahas, saat melintas di jembatan Sewo, bus mereka terperosok masuk ke dalam sungai, dan terbakar. Sebanyak 67 penumpang tewas, dan hanya tiga anak saja selamat. Ada juga yang bilang satu bayi saja selamat.
Untuk menghormati kecelakaan tragis itu, warga Boyolali yang melintasi jembatan membuang uang recehan. Belakangan hal itu menjadi tradisi pengemudi yang memercayainya, baik sopir truk, bus, maupun masyarakat umum. Sampai sekarang, penduduk sekitar jembatan memanfaatkan benar tradisi ini. Koin tidak lagi dibuang ke sungai, tapi ke aspal di atas jembatan.
Sumber:http://www.merdeka.com/peristiwa/penyapu-uang-dan-mitos-kuntilanak-di-jembatan-sewo-pantura-survei-jalur-mudik-4.html
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.