Harga mata uang digital atau cryptocurrency pada Maret 2021 ini semakin melambung. Kenaikan harga berbagai mata uang crypto tersebut, tentunya tak bisa dilepaskan dari harga Bitcoin yang meroket.
Kenaikan harga beberapa crypto banyak pula yang disebabkan karena developernya melakukan "burn token" atau mengurangi suplai yang beredar di pasaran sehingga jumlahnya semakin sedikit.
Developer token tentunya memiliki alasan tertentu untuk melakukan burn token, namun pada umumnya melakukan langkah ini adalah untuk tujuan deflasi.
"Burn Token" atau membakar token ini, mungkin bisa disamakan dengan yang terjadi dengan crypto yang ditambang seperti Bitcoin, Dogecoin, ETH dll. Kalau jenis yang ditambang adalah adanya "Halving Day".
Antara burn token dan halving day pada intinya sama yakni mengurangi jumlah koin atau token yang beredar di pasaran sehingga diharapkan harganya akan naik.
Bitcoin sendiri melakukan halving day empat tahun sekali. Terakhir pada Mei 2020 lalu. Pada saat itu harga Bitcoin berada di kisaran Rp 140 jutaan. Sekarang pada Maret 2021, harga Bitcoin sudah mencapai di atas angka $ 56,000 atau sekitar Rp 800 jutaan.
Begitu juga dengan token yang melakukan burn token yang biasanya dilakukan secara bertahap, harganya mengalami kenaikan yang signifikan bahkan cenderung fantastis. Misalnya saja token CRO yang sebelum melakukan burning pertama harganya di bawah Rp 1000,- kini harganya langsung melejit di atas Rp 2700,-.
Begitu juga XDC atau Xinfin. Token ini pada mulanya hanya token berharga 2 digit yang sulit bergerak. Namun setelah devnya melakukan berbagai terobosan dan termasuk burning token, harganya kini sudah mencapai Rp 500,-. Harga Xinfin dipastikan akan terus naik, karena masih melakukan burning token secara berkala. Kemungkinan target dev XDC adalah harga di 4 digit.
Namun bagaimanapun juga trading crypto memiliki resiko kerugian yang besar, untuk itu untuk trader yang mau membeli Bitcoin atau lainnya, tetap waspada dan gunakan uang dingin. Opit secukupnya jangan serakah.