Timnas Indonesia akhirnya hanya kalah tips 0-1 dari Irak dalam laga Kualifikasi Piala Asia 2015 Grup C yang berlangsung di Al-Rashid Stadium, Dubai, Rabu (6/2/13) tadi malam. Banyak yang memprediksi Indonesia akan menjadi lumbung gol, namun berkat taktik bertahan total gaya catenaccio yang diterapkan pelatih Nil Maizar, Indonesia hanya kebobolan satu gol, itupun akibat kesalahan back-pass Handri Ramdhan.
Catenaccio atau sistem gerendel sebenarnya dianggap sebagai negatif footbal. Strategi ini dulu populer saat Italia menjadi juara dunia ketika era Paolo Rossi. Para pemain Italia menumpuk hampir di satu pertiga lapangan dan bila ada kesempatan kemudian melancarkan serangan balik cepat.
Dalam taktik catenaccio ala Italia ini, sistem pertahanan dibuat secara berlapis-lapis sehingga mirip dengan pintu yang digerendel banyak dan kuat. Catenaccio sendiri sama sekali bukan teknik bertahan dengan menumpuk pemain di kotak penalti lalu mematikan serangan lawan dengan cara-cara yang kasar. Taktik ini justru membiarkan pemain lawan terus berkreasi membangun serangan, tapi secara disiplin diblok berlapis-lapis dan bola dibuang sejauh mungkin dari area kotak penalti.
Irak akhirnya benar-benar frustasi menghadapi taktik catenaccio ini karena serangan bergelombang mereka terus gagal. Lihat saja statistik penguasaan bola dalam pertandingan ini, Indonesia tidak lebih dari 30% saja dalam penguasaan bola.
Dengan menerapkan catenaccio, Nil Maizar mengharapkan pemain Irak akan kehilangan konsentrasi sehingga melupakan pertahanan mereka. Strategi cerdik Nil yang menyadari kemampuan skill pemainnya di bawah pemain Irak ini, hampir berhasil menahan 0-0, kalau saja tidak ada blunder dari Handri Ramdhan pada menit ke-67.
Catenaccio atau sistem gerendel sebenarnya dianggap sebagai negatif footbal. Strategi ini dulu populer saat Italia menjadi juara dunia ketika era Paolo Rossi. Para pemain Italia menumpuk hampir di satu pertiga lapangan dan bila ada kesempatan kemudian melancarkan serangan balik cepat.
Dalam taktik catenaccio ala Italia ini, sistem pertahanan dibuat secara berlapis-lapis sehingga mirip dengan pintu yang digerendel banyak dan kuat. Catenaccio sendiri sama sekali bukan teknik bertahan dengan menumpuk pemain di kotak penalti lalu mematikan serangan lawan dengan cara-cara yang kasar. Taktik ini justru membiarkan pemain lawan terus berkreasi membangun serangan, tapi secara disiplin diblok berlapis-lapis dan bola dibuang sejauh mungkin dari area kotak penalti.
Irak akhirnya benar-benar frustasi menghadapi taktik catenaccio ini karena serangan bergelombang mereka terus gagal. Lihat saja statistik penguasaan bola dalam pertandingan ini, Indonesia tidak lebih dari 30% saja dalam penguasaan bola.
Dengan menerapkan catenaccio, Nil Maizar mengharapkan pemain Irak akan kehilangan konsentrasi sehingga melupakan pertahanan mereka. Strategi cerdik Nil yang menyadari kemampuan skill pemainnya di bawah pemain Irak ini, hampir berhasil menahan 0-0, kalau saja tidak ada blunder dari Handri Ramdhan pada menit ke-67.