Okto yang masuk di akhir babak kedua pada laga yang berlangsung di Turkmenistan 23 Juli 2011 lalu itu, mencoba memprovosi salah seorang pemain Turkmenistan yang akan mengambil tendangan bebas. Kelakuan konyol pemain Sriwijaya FC ini, menyulut emosi pemain lawan sehingga mimbulkan ketegangan. Bahkan Okto berakting pura-pura jatuh kena sikut, tetapi upaya provokasi ini justru membuat Okto dihadiahi kartu kuning.
Sikap konyol seperti ini pernah dalam dilakukan Okto sebelumnya. Kalau tak salah pada ajang Liga Indonesia ketika memperkuat Sriwijaya FC. Okto yang baru masuk di babak kedua, tidak sampai lima menit sudah mendapat kartu merah dari wasit karena sikap emosionalnya.
Sikap emosional atau nakal Okto ini sudah saatnya mendapat perhatian. Kalau tidak bisa merubah sikapnya, bukan tak mungkin akan membahayakan Timnas Indonesia. Apalagi dalamm ajang pertandingan internasional, wasit selalu bertindak tegas dan tak segan-segan langsung mengeluarkan kartu merah bila pemain dianggap bisa membahayakan pemain lawan atau mengganggu jalannya pertandingan.
Mental Okto yang termasuk pemain inti PSSI U-23 tahun ini, perlu segera diperbaiki. Skill individunya memang bagus, tetapi kalau bisa membahayakan keutuhan tim, justru akan menurunkan mental bertanding pemain lainnya. Bayangkan kalau Okto waktu melawan Turkmenistan mendapat kartu merah. Padahal saat itu, Indonesia sedang mendapatkan tekanan berat dari pemain-pemain Turkmenistan yang menginginkan kemenangan di kandang sendiri.
Pelatih Timnas Indonesia, Wim Rijsbergen, perlu memperbaiki mental pemain muda ini. Dia bisa menjadi pemain besar kalau bisa merubah sikapnya sehingga lebih kalem lagi dan tidak berlaku konyol saat pertandingan. Wim juga perlu mempertimbangkan pemain seperti Kim Jefrey Kurniawan yang skillnya tidak jauh beda dengan Okto, tetapi dia memiliki sikap yang lebih profesional sebagai seorang pemain sepak bola.
Mudah-mudahan saja dalam laga kandang nanti di Istora Senayan, 28 Juli 2011, Timnas Indonesia bisa memenangkan pertandingan. Para pemain Indonesia juga telah membuktikan di Turkmenistan, bahwa mereka merupakan pemain yang siap membela tanah air, meski tidak harus menjalani Pelatnas jangka panjang yang justru merugikan klub mereka masing-masing. Pemain nasional adalah pemain yang sudah jadi, tinggal bagaimana pelatih memberikan motivasi dan meramu strategi yang jitu untuk mengalahkan lawan.***
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.