Gara-Gara Virus Korona, Bitcoin Sulit Bergerak

Pandemi virus korona Covid-19, tak bisa dipungkiri membuat berbagai sektor kehidupan menjadi sangat terganggu. Yang paling parah terdampak, bisa dipastikan salah satunya adalah sektor ekonomi. Banyak pengusaha yang gulung tikar dan terpaksa mem-PHK karyawannya.

Begitu juga dengan dunia trading. Trading mata uang digital cryptocurrency juga mengalami hal yang sama, tetapi tidak terlalu parah. Trading crypto lebih ke condong stagnan. Maju tidak, mundur juga tidak. Namun hal ini, cukup menjemukan karena menjadi sulit untuk mendapatkan keuntungan besar.

Harga bitcoin yang dianggap sebagai induk crypto, masih berkutat di antara harga $9000 atau Rp 136 jutaan. Penurunan dan kenaikannya tidak terlalu jauh, sehingga yang modal receh sulit untuk berharap banyak mendapatkan uang lebih.

Di bursa trading Indodax pada tanggal 16 Juni 2020, harga teredah bitcoin berada diharga Rp 131 jutaan, sedangkan angka tertinggi berada di harga Rp 137 juta.


Hanya saja harga bitcoin untuk sekarang ini, sebenarnya cukup layak dibeli, mengingat pada bulan Mei 2020 lalu, bitcoin mengalami "Halving Day". Saat ini volume bitcoin yang beredar di masyarakat berkurang jumlahnya karena adanya sistem pengurangan 4 tahunan yang tujuannya menjaga peredaran bitcoin yang dihasilkan penambang sehingga harga bitcoin tidak jatuh akibat terlalu banyak yang beredar.

Dengan demikian, nantinya harga bitcoin diharapkan akan semakin melambung karena faktor kelangkaan. Hanya saja, kemungkinan karena faktor masih adanya virus korona, maka pelaku dunia bisnis global masih melakukan ancang-ancang untuk mengembangkan bisnisnya.