Persib Bandung tampaknya sudah memikirkan dampak dari keputusannya untuk berlaga di Indonesia Super League (ISL) daripada Indonesia Premier League (IPL) yang disebut sebagai liga resmi PSSI yang diakui FIFA maupun AFC. Termasuk mendapat sanksi dari PSSI yakni turun kasta ke Divisi 1. Keputusan manajemen Persib untuk bergabung di ISL, boleh dikatakan bukan hanya sekedar mengejar gengsi, tetapi juga tak bisa dilepaskan dari strategi bisnis.
Persib merupakan klub besar di Indonesia. Memiliki suporter yang fanatik dan finansial yang kuat. Namun, kenapa Persib tidak mau mengikuti liga yang disahkan PSSI?
Kita harus melihat historis perspakbolaan Indonesia terlebih dahulu. IPL bagi masyarakat Indonesia masih dianggap belum sebaik ISL yang sudah lama bergulir. Klub-klub papan atas ISL musim lalu, seperti Persipura, Sriwijaya FC, Persija, Persisam, Arema Malang, justru memilih ISL bukan IPL. Persib yang tadinya dengan tegas memilih IPL, akhirnya merubah keputusannya. Persib tampaknya tidak mau disebut klub tak bernyali karena bergabung di IPL.
Faktor emosional dan keuntungan bisnis juga bisa dikatakan berlaku di dalam keputusan manajemen Persib untuk memilih ISL. Persib memiliki "musuh bebuyutan" yang setiap pertemuan keduanya selalu menyedot animo penonton yang sangat tinggi. Kalau di Liga Spanyol ibarat pertandingan Barcelona melawan Real Madrid. Siapa lagi kalau bukan Persija Jakarta.
Bobotoh pun pasti akan merasakan kurang nikmat bila musim ini Persib tidak berjumpa dengan Persija. Ada asumsi, tidak apa-apa kalah melawan Persipura, tetapi jangan kalah oleh Persija. Saya yakin faktor kepenasaran menjajal Persija inipun menjadi bahan pertimbangan manajemen Persib untuk bergabung di ISL.
Secara perhitungan bisnis pun, ISL lebih menjanjikan daripada bergabung di IPL. Banyak pemain Timnas dan pemain idola yang berlaga di klub-klub yang ikut ISL. Ini akan menyedot animo bobotoh untuk datang ke stadion menyaksikan pertandingan. Meski harus diakui Persib memiliki suporter fanatik, tetapi kalau lawan yang dihadapi dianggap masih kelas gurem, animo penonton datang ke stadion ditakutkan berkurang tidak sebanyak ketika berhadapan dengan Persipura, Persija maupun klub lainnya yang sudah akrab di mata bobotoh Persib.
Pihak sponsor Persib pun pasti akan mengevaluasi ulang bila Persib kemudian gagal mendatangkan puluhan ribu penonton ke stadion untuk menyaksikan pertandingan. Inilah yang paling ditakutkan. Apalagi sekarang ini, klub dilarang menggunakan APBD. Kalau tidak ada sponsor yang mendanai, bagaimana bisa bertanding? Mengandalkan karcis masuk, rasanya mustahil.***