Siapa tak kenal Andik Vermansyah. Bintang Timnas U-23 asal Surabaya ini, namanya terus mendapatkan pujian, termasuk dari bintang sepak bola David Beckham saat Indonesia bertanding melawan LA Galaxy. Namun, di balik kariernya yang melesat itu, siapa sangka kalau dulu untuk membeli sepatu sepak bola saja sulit sehingga terpaksa harus berjualan es keliling.
Ayah Andik, Saman, bukanlah orang berkecukupan. Ia hanya seorang kuli bangunan yang penghasilannya tidak tetap. Sedangkan ibunya, Jumiah, mencari tambahan buat keluarga dengan menjadi tukang jahit. Penghasilan mereka yang pas-pasan, sehingga membuat Andik pada awalnya tidak diizinkan serius menekuni sepak bola karena selain tidak ada dana, juga takut mengganggu sekolah Andik.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini menyadari keterbatasan ekonomi orang tuanya. Dia kemudian berusaha keras untuk mewujudkan impiannya menjadi pemain sepak bola profesioanal. Dia kemudian berjuang mengumpulkan uang hanya untuk membeli sepatu sepak bola. Mulai dari jualan kue hingga jualan es. Andik sendiri merupakan pemain inti kesebelasan di kampungnya. Ia sering bertanding dalam laga sepak bola antarkampung, bahkan sampai bertanding ke luar Surabaya.
Nasib baik rupanya berpihak kepada Andik. Pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat bakat besar Andik. Meski tubuhnya kecil, namun Andik memiliki dasar skil dan kecepatan. Rudi pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah sepak bola di Jember itu.
"Waktu itu Pak Rudi nonton aku bermain. Dia lalu bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku minta izin orang tua dan diizinkan," kenang pemain berusia 19 tahun yang tingginya hanya 162 cm ini.
Ayah dan ibunya yang semula kurang mendukung keinginan Andik menjadi pemain sepak bola, akhirnya mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Yunior dan memperkuat Tim PON Jatim.
Andik menyebutkan bahwa berkat dukungan dan doa kedua orangtuanya, dirinnya bisa seperti sekarang. Menurutnya, orangtua selalu mendoakan yang terbaik baginya. Bahkan, rela berpuasa demi kesuksesannya. Maka, tak heran bila Andik selalu berusaha menyenangkan mereka.
Andik sendiri bersyukur kini sudah bisa membelikan rumah untuk orang tuanya. Selain itu juga, sudah memberangkatkan ibunya pergi umrah. Katanya, Insya Allah kalau ada rezeki mau menaikkan haji kedua orangtua.
Meski ada rumor kalau Andik diminati klub raksasa Benfica Portugal, namun impian Andik sekarang, adalah bagaimana menata masa depannya nanti, terutama setelah tidak lagi bermain sepak bola. Karena itu, Andik berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan berinvestasi dengan membangun rumah kos di Surabaya.(dari berbagai sumber)
Ayah Andik, Saman, bukanlah orang berkecukupan. Ia hanya seorang kuli bangunan yang penghasilannya tidak tetap. Sedangkan ibunya, Jumiah, mencari tambahan buat keluarga dengan menjadi tukang jahit. Penghasilan mereka yang pas-pasan, sehingga membuat Andik pada awalnya tidak diizinkan serius menekuni sepak bola karena selain tidak ada dana, juga takut mengganggu sekolah Andik.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini menyadari keterbatasan ekonomi orang tuanya. Dia kemudian berusaha keras untuk mewujudkan impiannya menjadi pemain sepak bola profesioanal. Dia kemudian berjuang mengumpulkan uang hanya untuk membeli sepatu sepak bola. Mulai dari jualan kue hingga jualan es. Andik sendiri merupakan pemain inti kesebelasan di kampungnya. Ia sering bertanding dalam laga sepak bola antarkampung, bahkan sampai bertanding ke luar Surabaya.
Nasib baik rupanya berpihak kepada Andik. Pelatih SSB Suryanaga, Rudi, melihat bakat besar Andik. Meski tubuhnya kecil, namun Andik memiliki dasar skil dan kecepatan. Rudi pun menawarinya untuk menimba ilmu di sekolah sepak bola di Jember itu.
"Waktu itu Pak Rudi nonton aku bermain. Dia lalu bertanya kamu ikut SSB apa? Aku jawab, tidak ada. Aku pun diajak ke Suryanaga, gratis. Terus aku minta izin orang tua dan diizinkan," kenang pemain berusia 19 tahun yang tingginya hanya 162 cm ini.
Ayah dan ibunya yang semula kurang mendukung keinginan Andik menjadi pemain sepak bola, akhirnya mendukung Andik hingga bermain untuk Persebaya Yunior dan memperkuat Tim PON Jatim.
Andik menyebutkan bahwa berkat dukungan dan doa kedua orangtuanya, dirinnya bisa seperti sekarang. Menurutnya, orangtua selalu mendoakan yang terbaik baginya. Bahkan, rela berpuasa demi kesuksesannya. Maka, tak heran bila Andik selalu berusaha menyenangkan mereka.
Andik sendiri bersyukur kini sudah bisa membelikan rumah untuk orang tuanya. Selain itu juga, sudah memberangkatkan ibunya pergi umrah. Katanya, Insya Allah kalau ada rezeki mau menaikkan haji kedua orangtua.
Meski ada rumor kalau Andik diminati klub raksasa Benfica Portugal, namun impian Andik sekarang, adalah bagaimana menata masa depannya nanti, terutama setelah tidak lagi bermain sepak bola. Karena itu, Andik berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan berinvestasi dengan membangun rumah kos di Surabaya.(dari berbagai sumber)