Wacana pelarangan penggunaan rok mini di lingkungan DPR oleh Ketua DPR Marzuki Alie, jangan-jangan nanti ujung-ujungnya adalah munculnya sebuah kebijakan baru, yaitu para staf yang bekerja di DPR harus menggunakan seragam kerja. Untuk pengadaan seragam kerja ini, tentunya memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Dan proyek seragam ini jelas sangat rentan dengan mark up, seperti halnya rencana renovasi toilet maupun penggantian kursi ruang rapat anggota dewan yang banyak menuai protes masyarakat.
Mengenai rok mini ini, Marzuki Alie sendiri mengatakan sedang menyelesaikan peraturan soal cara berpakaian di DPR. Salah satu isi peraturan yang disusun bersama Badan Kehormatan Dewan ini melarang penggunaan rok mini. Alasannya pakaian minim ini dinilai dapat mengganggu politikus laki-laki.
Penertiban cara berpakaian di DPR tersebut, ternyata banyak dikecam oleh para tokoh perempuan. Mereka menganggap pelarangan itu dianggap melanggar kebebasan berekspresi.
Lalu, memang sudah separah itukah mental para politikus yang berkantor di DPR, sehingga melihat perempuan memakai rok mini, otaknya langsung ngeres?
Apa yang dicetuskan Marzuki Alie soal rok mini yang dianggap dapat mengganggu kerja politikus pria ini bisa dianggap menunjukan kepada masyarakat seolah begitu bobroknya mental politikus pria yang bekerja di lingkungan DPR.
Marzuki Alie seharusnya bisa memberikan alasan yang lebih relevan. Misalnya memberikan alasan karena memakai rok mini tidak sesuai dengan kaidah Islam tentang aurat wanita yang tidak boleh dilihat laki-laki atau alasan lain yang konotasinya tidak membuka aib di lingkungan DPR.
Mudah-mudahan saja apa yang menjadi keinginan Marzuki Alie ini, untuk menjaga harkat dan derajat kaum wanita. Bukan ada maksud lain, seperti ditulis di atas yakni membuka peluang untuk anggaran pengadaan seragam bagi seluruh staf maupun politikus yang berkantor di gedung DPR yang sangat rentan dengan mark up.
Mengenai rok mini ini, Marzuki Alie sendiri mengatakan sedang menyelesaikan peraturan soal cara berpakaian di DPR. Salah satu isi peraturan yang disusun bersama Badan Kehormatan Dewan ini melarang penggunaan rok mini. Alasannya pakaian minim ini dinilai dapat mengganggu politikus laki-laki.
Penertiban cara berpakaian di DPR tersebut, ternyata banyak dikecam oleh para tokoh perempuan. Mereka menganggap pelarangan itu dianggap melanggar kebebasan berekspresi.
Lalu, memang sudah separah itukah mental para politikus yang berkantor di DPR, sehingga melihat perempuan memakai rok mini, otaknya langsung ngeres?
Apa yang dicetuskan Marzuki Alie soal rok mini yang dianggap dapat mengganggu kerja politikus pria ini bisa dianggap menunjukan kepada masyarakat seolah begitu bobroknya mental politikus pria yang bekerja di lingkungan DPR.
Marzuki Alie seharusnya bisa memberikan alasan yang lebih relevan. Misalnya memberikan alasan karena memakai rok mini tidak sesuai dengan kaidah Islam tentang aurat wanita yang tidak boleh dilihat laki-laki atau alasan lain yang konotasinya tidak membuka aib di lingkungan DPR.
Mudah-mudahan saja apa yang menjadi keinginan Marzuki Alie ini, untuk menjaga harkat dan derajat kaum wanita. Bukan ada maksud lain, seperti ditulis di atas yakni membuka peluang untuk anggaran pengadaan seragam bagi seluruh staf maupun politikus yang berkantor di gedung DPR yang sangat rentan dengan mark up.