Laporan yang dirilis The National Lightning Safety Institute di Colorado, Amerika Serikat, menyebutkan sekitar 80 persen korban sambaran petir mampu bertahan hidup. Namun, 25 persen dari mereka yang selamat mengalami gangguan atau dampak kesehatan serius pascakejadian menyeramkan tersebut.
Ini berarti bahwa dari 100 korban yang tersambar petir, 20 orang di antaranya akan meninggal dan 20 lainnya akan mengalami penderitaan yang cukup berat sepanjang hidupnya.
Korban sambaran petir memang harus mempersiapkan mental terhadap kemungkinan hidupnya tidak normal seperti sebelumnya. Gejala-gejala yang paling banyak dilaporkan mulai dari gangguan fisik, mental hingga emosional. Pada beberapa kasus yang tercatat di AS, dampaknya dapat berujung pada kecacatan sehingga korban tak lagi bekerja seperti biasa.
Dalam artikel yang dimuat situs Slate, pernah dilaporkan kasus yang menimpa Jerry LeDoux, korban petir pada 1999 pada usia 56 tahun. Mantan Navy Seal dan veteran perang Vietnam ini pernah mengalami gangguan ingatan jangka pendek akibat kejadian yang menimpanya itu
"Saya pernah menyimpan telur Paskah dan tidak mampu menemukannya lagi. Saya bisa lupa selama seharian, terkadang sampai seminggu," ujarnya.
Karena tidak tahan dengan rasa sakit, kelelahan dan depresi yang sangat parah, Jerry pernah nekad mengakhrii hidupnya. Putus asa semakin menjadi ketika ia dinyatakan tidak mungkin untuk bisa bekerja seperti biasanya.
"Pada tahun pertama mereka mengatakan saya tidak akan pernah bisa bekerja lagi, saya mengambil pistol dan mengarahkannya ke kepala dan menarik pelatuknya. Tetapi tahukah Anda apa yang terjadi? Saya lupa mengisi pelurunya," papar Jerry.
National Aeronautics and Space Administration (NASA) mencatat bahwa cedera yang dialami korban sambaran petir berbeda dengan mereka yang terkena setrum. Pasalnya, kontak tegangan yang terjadi dengan petir bisa mencapai 300 kilovolt , sedangkan sengatan listrik hanya sekitar 20-63 kilovolt saja. Kontak dengan Petir juga memiliki durasi yang lebih pendek ketimbang kejutan listrik biasa, yakni hanya sekitar seperseribudetik.
Namun begitu, baik sambaran petir maupun kejutan listrik dapat menimbulkan luka bakar, dan keduanya sama-sama memicu kematian dengan cara menyerang fungsi jantung.
NASA juga mengatakan, korban sambaran petir atau setrum sama-sama dapat mengalami dampak lainnya akibat luka bakar: "Luka bakar akibat kejutan listrik dapat memicu gagal ginjal infeksi, kerusakan otot dan jaringan atau amputasi. Luka bakar karena petir bisa mengancam jiwa karena menyebabkan gangguan fatal terhadap kardiovaskuler dan kerusakan saraf."
Masih menurut catatan NASA, sambaran petir lebih banyak dialami pria ketimbang wanita. Alasannya, pria cenderung menyukai atrivitas olahraga di luar ruangan sehingga membuat mereka lebih rentan. Selain itu, kebiasaan memegang benda-benda metal seperti stik golf juga dapat meningkatkan risiko, karena secara efektif dapat menambah tinggi seseorang.
Gangguan kesehatan yang dapat dialami korban selamat sambaran petir : Ritme jantung tidak teratur, gangguan jantung, gangguan ingatan dan sulit tidur, kebingungan, kejang-kejang, kerusakan otak, kebas atau mati rasa, gangguan konsentrasi, irritabilitas, depresi, sakit kepala, kerusakan gendang telinga, tuli/tinnitus/vertigo, dan kerusakan kornea.(Sumber: Kompas)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.