Empat penumpang mobi ini berangkat dari Bandung tujuan Desa Liang Julang, Kecamatan Kadipaten, Majalengka pukul 18.00, Rabu (22/3).
Dari penuturan sopir, Mochamad Solikhyanto (35) kepada polisi dari Polsek Jatigede, sesampai di Sumedang mereka mencari jalan alternatif ke Kadipaten dengan meminta petunjuk dari Global Positioning System (GPS) yang ada di smartphone.
“Dari GPS itu kendaraan diarahkan ke jalan Sumedang-Situraja-Wado,” kata Kasubag Humas Polres Sumedang, AKP Dadang Rostia, Kamis (23/3).
Sopir asal Jalan Kutilang, Komplek Pajak, Kelurahan Jurang Mangu Timur, Pondok Aren Jakarta yang membawa penumpang Riki (21) asal Cimahi, Panti P (32) dan Sahrul Ulung (16) asal Dusun Kamun, desa Liangjulang, Kadipaten , Majalengka ini tancap gas dari bunderan Alamsari Sumedang menuju Situraja.
Mobil jenis City Car warna putih ini kemudian berbelok ke arah kiri di pertigaan Warungketan Situraja menuju ke Desa Pajagan yang merupakan jalan alternatif menuju Jatigede kemudian ke Tomo-Kadipaten. Namun di jalan Pajagan ini kendaraan malah tetap lurus, seharusnya kendaraan belok kanan masuk ke jalan proyek Jatigede.
Pengakuan sopir jalan yang dilalui mulus tapi setelah berada di tengah hutan kendaran tak bisa bergerak. Mereka berada di tengah hutan sekitar pukul 22.00 WIB dan tak bisa meneuruskan perjalanan karena jalan disana hanya jalan tanah penuh batu serta tak bisa dilalui mobil.
“Mereka memilih jalan kaki menyusuri jalan setapak dan sampai ke Desa Karedok sekitar puku satu dinihari,” kata Dadang.
Sesampai di Desa Karedok, mereka minta tolong warga dan memilih menginap.
Kasubag Humas Polres AKP Dadang Rostia menyebutkan mobil Sirion berhasil dievakuasi, Kamis (23/3) pukul 10.30 WIB.
“Mobil ditarik dengan jip berpenggerak empat roda dibantu 10 warga, polisi dan anggota TNI. Mobil bisa keluar dari hutan Karedok pukul 12.45,” kata Dadang.
Ini Mobil Ketiga yang Nyasar
Anggota DPRD Sumedang asal daerah pemilihan Jatigede, Dede Suwarman menambahkan bahwa kejadian tersebut merupakan yang kedua kali.
"Ini kejadian kedua kalinya mobil nyasar masuk ke Desa Karedok yang tak ada askes jalan yang bisa dilalui mobil. Sebelumnya kejadian aneh tapi nyata juga terjadi pertengahan Januari lalu,” kata Dede Suwarman, Kamis (23/3).
Menurutnya, kejadian Januari lalu itu malah ada dua mobil sekaligus yang masuk ke Karedok.
“Dulu pengendara mobil juga mengaku meminta panduan GPS dan diarahkan ke Karedok dengan jalan yang mulus dan terasa lurus padahal tidak ada jalan yang bisa dilalui mobil,” katanya.
Untuk bisa keluar dari Karedok, mobil pertama terpaksa keluar melalui Sungai Cimanuk yang airnya ditutup dulu di pintu air Bendungan Jatigede kemudian ditarik alat berat. Sedangkan satu mobil lagi kembali ka arah Situraja karena berada di tengah hutan sehingga dibantu warga dan ditarik mobil truk.
Desa yang Penuh Misteri
Desa Karedok, Kecamatan Jatigede merupakan desa yang ada di pelosok dan dikepung Sungai Cimanuk serta hutan yang sangat lebat. Untuk masuk ke Karedok hanya menggunakan jembatan gantung yang melintas Sungai Cimanuk. Mobil tak bisa masuk karena tak ada akses jalan.
Desa yang sangat terpencil ini penuh misteri dan memiliki tradisi unik. Setiap tahun, warga desa yang letaknya terpencil dan berhadapan dengan PLTA Parakankondang melaksanakan ritual ngarot. Yakni tradisi memotong kerbau kemudian menguburkan kepalanya di tengah desa, serta membagikan daging anggota tubuh kerbau lainnua ke semua warga desa.
Sudah lebih dari satu abad tradisi ngarot tersebut berlangsung. Warga setempat percaya, pelanggaran terhadap tradisi ini akan memicu datangnya malapetaka di desa mereka.
Selain memotong kepala kerbau, sebagai tumbal kampung dihidangkan juga rupa-rupa hasil panen dari setiap kampung di Desa Karedok. Asal muasal ritual ngarot adalah warga di Desa Karedok terserang penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Saat itu banyak yang meninggal dunia. Tetua kampung saat itu mendapat wangsit dari dari alam gaib bahwa untuk menghindari penyakit itu harus menyembelih seekor kerbau dan menumbalkan kepalanya sebagai tumbal kampung. Sedangkan dagingnya dibagikan ke penghuni kampung.
Warga Karedok percaya, wangsit itu berasal dari Sunan Pada yang dimakamkan di Lemah Cisahang, Karedok. Sunan Pada adalah seorang pintar yang tinggi ilmu. Di antara anaknya yaitu Nyi Mas Gedeng Waru yang menjadi prameswari Prabu Geusan Ulun, raja Sumedanglarang yang berkuasa pada 1579 hingga 1601.
Saat ini istilah ngarot sering juga disebut tutup buku guar buni yang berarti ekspresi rasa syukur masyarakat karena hasil panen setiap tahun serta membuka lembaran baru untuk mengolah lahan untuk tahun depan.(Sumber:http://jabar.tribunnews.com/2017/03/23/kejadian-aneh-mobil-city-car-nyasar-masuk-hutan-karedok-warga-desa-itu-selalu-gelar-ritual?page=all)
“Dari GPS itu kendaraan diarahkan ke jalan Sumedang-Situraja-Wado,” kata Kasubag Humas Polres Sumedang, AKP Dadang Rostia, Kamis (23/3).
Sopir asal Jalan Kutilang, Komplek Pajak, Kelurahan Jurang Mangu Timur, Pondok Aren Jakarta yang membawa penumpang Riki (21) asal Cimahi, Panti P (32) dan Sahrul Ulung (16) asal Dusun Kamun, desa Liangjulang, Kadipaten , Majalengka ini tancap gas dari bunderan Alamsari Sumedang menuju Situraja.
Mobil jenis City Car warna putih ini kemudian berbelok ke arah kiri di pertigaan Warungketan Situraja menuju ke Desa Pajagan yang merupakan jalan alternatif menuju Jatigede kemudian ke Tomo-Kadipaten. Namun di jalan Pajagan ini kendaraan malah tetap lurus, seharusnya kendaraan belok kanan masuk ke jalan proyek Jatigede.
Pengakuan sopir jalan yang dilalui mulus tapi setelah berada di tengah hutan kendaran tak bisa bergerak. Mereka berada di tengah hutan sekitar pukul 22.00 WIB dan tak bisa meneuruskan perjalanan karena jalan disana hanya jalan tanah penuh batu serta tak bisa dilalui mobil.
“Mereka memilih jalan kaki menyusuri jalan setapak dan sampai ke Desa Karedok sekitar puku satu dinihari,” kata Dadang.
Sesampai di Desa Karedok, mereka minta tolong warga dan memilih menginap.
Kasubag Humas Polres AKP Dadang Rostia menyebutkan mobil Sirion berhasil dievakuasi, Kamis (23/3) pukul 10.30 WIB.
“Mobil ditarik dengan jip berpenggerak empat roda dibantu 10 warga, polisi dan anggota TNI. Mobil bisa keluar dari hutan Karedok pukul 12.45,” kata Dadang.
Ini Mobil Ketiga yang Nyasar
Anggota DPRD Sumedang asal daerah pemilihan Jatigede, Dede Suwarman menambahkan bahwa kejadian tersebut merupakan yang kedua kali.
"Ini kejadian kedua kalinya mobil nyasar masuk ke Desa Karedok yang tak ada askes jalan yang bisa dilalui mobil. Sebelumnya kejadian aneh tapi nyata juga terjadi pertengahan Januari lalu,” kata Dede Suwarman, Kamis (23/3).
Menurutnya, kejadian Januari lalu itu malah ada dua mobil sekaligus yang masuk ke Karedok.
“Dulu pengendara mobil juga mengaku meminta panduan GPS dan diarahkan ke Karedok dengan jalan yang mulus dan terasa lurus padahal tidak ada jalan yang bisa dilalui mobil,” katanya.
Untuk bisa keluar dari Karedok, mobil pertama terpaksa keluar melalui Sungai Cimanuk yang airnya ditutup dulu di pintu air Bendungan Jatigede kemudian ditarik alat berat. Sedangkan satu mobil lagi kembali ka arah Situraja karena berada di tengah hutan sehingga dibantu warga dan ditarik mobil truk.
Desa yang Penuh Misteri
Desa Karedok, Kecamatan Jatigede merupakan desa yang ada di pelosok dan dikepung Sungai Cimanuk serta hutan yang sangat lebat. Untuk masuk ke Karedok hanya menggunakan jembatan gantung yang melintas Sungai Cimanuk. Mobil tak bisa masuk karena tak ada akses jalan.
Desa yang sangat terpencil ini penuh misteri dan memiliki tradisi unik. Setiap tahun, warga desa yang letaknya terpencil dan berhadapan dengan PLTA Parakankondang melaksanakan ritual ngarot. Yakni tradisi memotong kerbau kemudian menguburkan kepalanya di tengah desa, serta membagikan daging anggota tubuh kerbau lainnua ke semua warga desa.
Sudah lebih dari satu abad tradisi ngarot tersebut berlangsung. Warga setempat percaya, pelanggaran terhadap tradisi ini akan memicu datangnya malapetaka di desa mereka.
Selain memotong kepala kerbau, sebagai tumbal kampung dihidangkan juga rupa-rupa hasil panen dari setiap kampung di Desa Karedok. Asal muasal ritual ngarot adalah warga di Desa Karedok terserang penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Saat itu banyak yang meninggal dunia. Tetua kampung saat itu mendapat wangsit dari dari alam gaib bahwa untuk menghindari penyakit itu harus menyembelih seekor kerbau dan menumbalkan kepalanya sebagai tumbal kampung. Sedangkan dagingnya dibagikan ke penghuni kampung.
Warga Karedok percaya, wangsit itu berasal dari Sunan Pada yang dimakamkan di Lemah Cisahang, Karedok. Sunan Pada adalah seorang pintar yang tinggi ilmu. Di antara anaknya yaitu Nyi Mas Gedeng Waru yang menjadi prameswari Prabu Geusan Ulun, raja Sumedanglarang yang berkuasa pada 1579 hingga 1601.
Saat ini istilah ngarot sering juga disebut tutup buku guar buni yang berarti ekspresi rasa syukur masyarakat karena hasil panen setiap tahun serta membuka lembaran baru untuk mengolah lahan untuk tahun depan.(Sumber:http://jabar.tribunnews.com/2017/03/23/kejadian-aneh-mobil-city-car-nyasar-masuk-hutan-karedok-warga-desa-itu-selalu-gelar-ritual?page=all)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.