Akhirnya apa yang ditakutkan dengan Timnas Indonesia yang diturunkan melawan Bahrain pada kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2014 (29/2/2012), terjadi juga. Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain yang berlaga di IPL, akhirnya dibantai secara sadis oleh Bahrain 10-0 di National Stadium Manama. Meski begitu, Bahrain tetap gagal lolos ke putaran berikutnya karena Qatar berhasil menahan imbang Iran 2-2.
Bahrain yang sangat berambisi menang besar dan berharap Qatar kalah dari Iran, sudah berhasil membobol gawang Indonesia di menit ke-3 lewat penalti. Indonesia sendiri sejak menit 2 kedua harus bermain dengan 10 pemain setelah kiper Samsidar dikartu merah karena melakukan pelanggaran yang berbuah hadiah penalti.
Tanda-tanda akan hujan gol telihat ketika menit 15, Mohamed Ali berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Dia berhasil memanfaatkan kemelut di depan gawang Indonesia. Kemudian menit 33, Bahrain mendapatkan penalti lagi. Mahmod Abdulrahman berhasil melepaskan tendangan penalti keras masuk ke gawang Indonesia.
Babak kesatu ditutup oleh gol tandukan Mahmod Abdulrahman yang menusuk tajam ke gawang Indonesia.
Di babak kedua, Bahrain semakin kesetanan menggempur Indonesia yang sudah hilang semangat. Apalagi pada saat bersamaan Qatar tertinggal 1-2 melawan Iran. Pada menit ke-60, umpan Ismael Abdilatief disontek Mohamed Ali ke gawang Indonesia.
Bahrain yang harus menang besar, kembali menciptakan gol melalui Sayed Dhiya pada menit 63. Selanjutnya empat gol lagi bersarang ke gawang Indonesia dicetak oleh A. Taleb (63'), Abdullatif (67'), Sayed Dhiya (83') dan Sayed Ebrahim (90').
Kekalahan telak Indonesia dari Bahrain 10-0 ini, jelas sangat memalukan. Apalagi Bahrain bukan termasuk tim kuat di Asia. PSSI seharusnya memikirkan nama baik bangsa di dunia internasional. Bukan mengirim tim coba-coba untuk menambah pengalaman.
Di pra piala dunia, Indonesia memang belum mendapat poin, tetapi tidak kalah 10-0 seperti baru saja terjadi. Seharunya Ketua PSSI Djohar Arifin merasa malu karena gagal membentuk Timnas Indonesia yang kuat dan disegani. Jangan salahkan pelatih Aji Santoso maupun para pemain, arogansi PSSI lah yang membuat kekalahan telak ini terjadi. Kalau saja Djohar Arifin mempertahankan liga Indonesia yang sudah mapan, mungkin meskipun kalah tidak sampai 10-0.***
Bahrain yang sangat berambisi menang besar dan berharap Qatar kalah dari Iran, sudah berhasil membobol gawang Indonesia di menit ke-3 lewat penalti. Indonesia sendiri sejak menit 2 kedua harus bermain dengan 10 pemain setelah kiper Samsidar dikartu merah karena melakukan pelanggaran yang berbuah hadiah penalti.
Tanda-tanda akan hujan gol telihat ketika menit 15, Mohamed Ali berhasil mencatatkan namanya di papan skor. Dia berhasil memanfaatkan kemelut di depan gawang Indonesia. Kemudian menit 33, Bahrain mendapatkan penalti lagi. Mahmod Abdulrahman berhasil melepaskan tendangan penalti keras masuk ke gawang Indonesia.
Babak kesatu ditutup oleh gol tandukan Mahmod Abdulrahman yang menusuk tajam ke gawang Indonesia.
Di babak kedua, Bahrain semakin kesetanan menggempur Indonesia yang sudah hilang semangat. Apalagi pada saat bersamaan Qatar tertinggal 1-2 melawan Iran. Pada menit ke-60, umpan Ismael Abdilatief disontek Mohamed Ali ke gawang Indonesia.
Bahrain yang harus menang besar, kembali menciptakan gol melalui Sayed Dhiya pada menit 63. Selanjutnya empat gol lagi bersarang ke gawang Indonesia dicetak oleh A. Taleb (63'), Abdullatif (67'), Sayed Dhiya (83') dan Sayed Ebrahim (90').
Kekalahan telak Indonesia dari Bahrain 10-0 ini, jelas sangat memalukan. Apalagi Bahrain bukan termasuk tim kuat di Asia. PSSI seharusnya memikirkan nama baik bangsa di dunia internasional. Bukan mengirim tim coba-coba untuk menambah pengalaman.
Di pra piala dunia, Indonesia memang belum mendapat poin, tetapi tidak kalah 10-0 seperti baru saja terjadi. Seharunya Ketua PSSI Djohar Arifin merasa malu karena gagal membentuk Timnas Indonesia yang kuat dan disegani. Jangan salahkan pelatih Aji Santoso maupun para pemain, arogansi PSSI lah yang membuat kekalahan telak ini terjadi. Kalau saja Djohar Arifin mempertahankan liga Indonesia yang sudah mapan, mungkin meskipun kalah tidak sampai 10-0.***