Kemenangan atas negara dari kawasan lautan Pasifik ini sedikitnya bisa mengobati kekecewaan penggemar sepakbola Indonesia karena beberapa hari sebelumnya pasukan Simon McMenemy kalah 1-4 dari tuan rumah Yordania di Amman.
Kemenangan Indonesia dalam pertandingan melawan Vanuatu dicetak oleh dua pemain yakni Beto Goncalves (4 gol) dan Evan Dimas (2 gol). Seharusnya Indonesia bisa menang lebih dari 6 gol, hanya saja beberapa peluang emas, baik oleh Beto, Irfan Bachdim, Andik maupun Dendik Setiawan yang main di babak kedua, gagal menjadi gol.
Vanuatu sendiri bermain tidak begitu istimewa. Level individu maupun permainannya masih jauh berada di bawah Hansamu Yama, dan kawan-kawan. Namun tampaknya masih ada ketidakpercayaan diri pada para pemain Indonesia untuk membangun serangan yang terorganisir dengan baik. Gol-gol yang terjadi kebanyakan berkat aksi individu Andik Vermansyah yang lebih berani melakukan serangan dengan kecepatannya larinya yang sulit diimbangi oleh bek-bek Vanuatu.
Monoton
Kalau mau jujur, permainan Timnas Indonesia sangat monoton dan mengesalkan. Bola lebih sering berkutat di garis pertahanan sendiri. Di over ke belakang dan ke belakang lagi sampai ke kiper. Seolah lawan yang dihadapi tim sekelas Yordania. Para pemain belakang nampak tidak berani membangun serangan dari bawah, begitu juga pemain tengah ketika mendapat bola lebih sering melihat ke belakang, sehingga bola akhirnya kembali ke Yanto Basna atau Hansamu Yama.
Padahal melawan Vanuatu merupakan kesempatan untuk berlatih merancang serangan dan mengasah kemampuan mencetak gol bagi para pemain depan. Bukan mengecilkan kemampuan Vanuatu, tetapi adalah penting untuk membangun kepercayaan diri pemain untuk bisa menerapkan pola yang diinginkan pelatih sehingga mampu menampilkan gaya sepakbola menyerang yang menarik.
Banyak pemain yang tampak ada perbedaan ketika bermain di Timnas dengan di klub yang dibelanya. Riko Simanjuntak di Timnas tampak tidak berani pegang bola maupun melakukan gocekan-gocekan maut seperti saat membela Persija. Riko seolah malu atau malas (?) menunjukkan kemampuannya. Febri Haryadi yang masuk di babak kedua malah lebih merepotkan dan selalu mengajak lari para pemain belakang Vanuatu, bahkan dia mampu melepaskan beberapa tendangan yang berbahaya ke arah gawang.
Begitu juga Zulfiandi yang dikenal lugas dan keras sebagai gelandang bertahan saat membela Bhayangkara FC, tampak banyak terlihat ragu dan seringkali lemah dalam mengantisipasi serangan lawan. Andik Vermansayah pun pada awal-awal pertandingan tampak tidak berani melakukan sprint-sprint cepat. Kebanyakan para pemain memang bermain tidak pada level terbaiknya dan tampak terlihat kurang pede saat bermain.
Mudah-mudahan saja berkat kemenangan 6-0 ini mampu membuat kepercayaan diri pemain Timnas Indonesia lebih meningkat agar bisa bermain sebaik mungkin di babak kualifikasi Piala Dunia nanti.(Foto:Istimewa)
Vanuatu sendiri bermain tidak begitu istimewa. Level individu maupun permainannya masih jauh berada di bawah Hansamu Yama, dan kawan-kawan. Namun tampaknya masih ada ketidakpercayaan diri pada para pemain Indonesia untuk membangun serangan yang terorganisir dengan baik. Gol-gol yang terjadi kebanyakan berkat aksi individu Andik Vermansyah yang lebih berani melakukan serangan dengan kecepatannya larinya yang sulit diimbangi oleh bek-bek Vanuatu.
Monoton
Kalau mau jujur, permainan Timnas Indonesia sangat monoton dan mengesalkan. Bola lebih sering berkutat di garis pertahanan sendiri. Di over ke belakang dan ke belakang lagi sampai ke kiper. Seolah lawan yang dihadapi tim sekelas Yordania. Para pemain belakang nampak tidak berani membangun serangan dari bawah, begitu juga pemain tengah ketika mendapat bola lebih sering melihat ke belakang, sehingga bola akhirnya kembali ke Yanto Basna atau Hansamu Yama.
Padahal melawan Vanuatu merupakan kesempatan untuk berlatih merancang serangan dan mengasah kemampuan mencetak gol bagi para pemain depan. Bukan mengecilkan kemampuan Vanuatu, tetapi adalah penting untuk membangun kepercayaan diri pemain untuk bisa menerapkan pola yang diinginkan pelatih sehingga mampu menampilkan gaya sepakbola menyerang yang menarik.
Banyak pemain yang tampak ada perbedaan ketika bermain di Timnas dengan di klub yang dibelanya. Riko Simanjuntak di Timnas tampak tidak berani pegang bola maupun melakukan gocekan-gocekan maut seperti saat membela Persija. Riko seolah malu atau malas (?) menunjukkan kemampuannya. Febri Haryadi yang masuk di babak kedua malah lebih merepotkan dan selalu mengajak lari para pemain belakang Vanuatu, bahkan dia mampu melepaskan beberapa tendangan yang berbahaya ke arah gawang.
Begitu juga Zulfiandi yang dikenal lugas dan keras sebagai gelandang bertahan saat membela Bhayangkara FC, tampak banyak terlihat ragu dan seringkali lemah dalam mengantisipasi serangan lawan. Andik Vermansayah pun pada awal-awal pertandingan tampak tidak berani melakukan sprint-sprint cepat. Kebanyakan para pemain memang bermain tidak pada level terbaiknya dan tampak terlihat kurang pede saat bermain.
Mudah-mudahan saja berkat kemenangan 6-0 ini mampu membuat kepercayaan diri pemain Timnas Indonesia lebih meningkat agar bisa bermain sebaik mungkin di babak kualifikasi Piala Dunia nanti.(Foto:Istimewa)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar yang Sopan. Trims.